BUDAYA ORGANISASI DI PERUSAHAAN
Kelompok 5
Nama Kelompok:
1. Desi Arina P (12214742)
2. Devita Euodia (12214852)
3. Mufidah Zahra (16214872)
4. M Jaka Firdaus (17214380)
5. M Aulia Pratama (16214906)
6. Nurul Khotimah (18214280)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seiring dengan bergulirnya waktu yang
menuntut banyak perubahan, banyak organisasi saat ini merasa perlu untuk
mengubah budaya perusahaan guna menjamin kelangsungan hidupnya atau untuk
memperoleh keuntungan yang lebih kompetitif. Hal ini sering didorong oleh
kenyataan bahwa budaya yang telah ada kadang tidak lagi mampu memperbaiki
keadaan masa datang seperti yang dibutuhkan organisasi. Kekuatan-kekuatan dalam
lingkungan eksternal organisasi dapat mengisyaratkan kebutuhan perubahan
budaya, misalnya dengan adanya persaingan yang makin tajam dalam suatu
lingkungan industri menuntut perubahan budaya organisasi untuk senantiasa mampu
merespon keinginan konsumen dengan lebih cepat.
Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai
suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, karena pada dasarnya
organisasi merupakan bentuk perserikatan dari manusia untuk mencapai tujuan
bersama dimana di dalamnya terdapat aktifitas, oleh karena itu organisasi perlu
memiliki karyawan yang berkualitas serta mempunyai semangat dan loyalitas yang
tinggi. Semangat dan loyalitas yang tinggi dipengaruhi oleh kemampuan
pegawainya serta budaya organisasi yang ada, untuk itu perlu adanya peningkatan
kemampuan pegawai dan pembentukan budaya organisasi yang baik sesuai dengan
kebutuhan karyawan.
Tenaga kerja atau sumber daya manusia
merupakan faktor yang mutlak diperlukan dalam suatu organisasi, baik pada
instansi pemerintah, perusahaan-perusahaan atau usaha-usaha sosial untuk
mendapatkan suatu balas jasa/imbalan tertentu. Tenaga Kerja dapat diartikan
sebagai buruh, karyawan, pekerja, pegawai, pada hakekatnya mempunyai maksud
yang sama. Manajemen sumber daya manusia merupakan sarana untuk meningkatkan
kualitas manusia, dengan memperbaiki sumber daya manusia, meningkatkan pula
kinerja dan daya hasil organisasi, sehingga dapat mewujudkan karyawan yang
memiliki disiplin dan kinerja yang tinggi diperlukan pula peran yang besar dari
pimpinan organisasi. Dalam meningkatkan kinerja karyawan diperlukan analisis
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan memperhatikan kebutuhan dari
para karyawan, diantaranya adalah terbentuknya budaya organisasi yang baik dan
terkoordinasi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
- Apakah pengertian dari
budaya organisasi?
- Apa saja teori-teori
mengenai budaya organisasi?
- Apakah dimensi-dimensi
budaya organisasi?
- Apa
manfaat dan peranan budaya organisasi di perusahaan?
- Bagaimana cara karyawan
mempelajari budaya organisasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Budaya Organisasi
Robbins (1996) memberi pengertian budaya organisasi antara lain sebagai:
- Nilai-nilai dominan yang
didukung oleh organisasi.
- Falsafah yang menuntun
kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan.
- Cara pekerjaan dilakukan di tempat
itu.
- Asumsi dan kepercayaan dasar
yang terdapat di antara anggota organisasi.
Dari sudut pandang karyawan, budaya memberi pedoman bagi karyawan akan
segala sesuatu yang penting untuk dilakukan. Sejumlah peran penting
yang dimainkan oleh budaya perusahaan adalah:
1. Membantu pengembangan rasa memiliki jati diri bagi karyawan.
2. Dipakai untuk mengembangkan keterkaitan pribadi dengan organisasi.
3. Membantu stabilitas organisasi sebagai suatu sistem sosial.
4. Menyajikan pedoman perilaku sebagai hasil dari norma perilaku yang
sudah dibentuk.
Budaya organisasi
yang terbentuk, dikembangkan, diperkuat atau bahkan diubah, memerlukan
praktik yang dapat membantu menyatukan nilai budaya anggota dengan nilai
budaya organisasi. Praktik tersebut dapat dilakukan melalui induksi atau
sosialisasi, yaitu melalui transformasi budaya organisasi.
Sosialisasi organisasi merupakan serangkaian aktivitas yang secara
substantif berdampak kepada penyesuaian aktivitas individual dan
keberhasilan organisasi, antara lain komitmen, kepuasan dan kinerja.
Beberapa langkah sosialisasi yang dapat membantu dan mempertahankan budaya
organisasi adalah melalui seleksi calon karyawan, penempatan, pendalaman
bidang pekerjaan, penialian kinerja, dan pemberian penghargaan, penanaman
kesetiaan pada nilai-nilai luhur, perluasan cerita dan berita, pengakuan
kinerja dan promosi. Berbagai praktik di atas dapat memperkuat budaya
organisasi dan memastikan karyawan yang bekerja sesuai dengan budaya
organisasi memberikan imbalan sesuai dukungan yang dilakukan. Sosialisasi yang
efektif akan menghasilkan kepuasan kerja, komitmen organisasi, rasa
percaya diri pada pekerjaan, mengurangi tekanan serta kemungkinan keluar
dari pekerjaan. Beberapa hal yang dapat dilakukan organisasi untuk
mempertahankan organisasi adalah menyusun asumsi dasar, menyatakan dan
memperkuat nilai yangdiinginkan dan menyosialisasikan melaui contoh.
B. Teori
Budaya Organisasi
Terdapat tiga asumsi yang
mengarahkan pada teori budaya organisasiyaitu:
1. Angota-anggota organisasi
menciptakan dan mempertahankan perasaan yang dimiliki bersama mengenai realitas
organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik mengenai
nilai-nilai sebuah organisasi.
Asumsi
yang pertama berhubunan dengan pentingya orang di dalam kehidupan
organisasi. Secara khusus, individu saling berbagi dalam menciptakan dan
mempertahankan realitas.Individu-individu ini mencakup
karyawan, supervisor, dan atasan. Pada inti dari asumsi ini adalah yang
dimiliki oleh organisasi. Nilai adalah standar dan prinsip-prinsip dalam
sebuah buadanya yangmemiliki nilai intrinsik dari sebuah budaya. Nilai
menunjukkan kepada anggota organisasi mengenai apa yang penting. Orang
berbagi dalam proses menemukan nilai-nilai perusahaan. Menjadi anggota
dari sebuah organisasi membutuhkan partisipasi aktif dalam organisasi
tersebut. Makna dari simbol-simbol tertentumisalnya, mengapa sebuah perusahaan
terus melaksanakan wawancara terhadap calon karyawan ketika terdapat
sebuah rencana pemutusan hubungan kerja besar- besarandikomunikasikan baik
oleh karyawan maupun oleh pihak manajemen. Makna simbolik dari menerima
karyawan baru ketika yang lainnya dipecat tidak akan dilewatkan oleh
pekerja yang cerdik; mengapa memberikan uang pada karyawan baru ketika
yang lama kehilangan pekerjan mereka? Karyawan memberikan kontribusi dalam
pembentukan budaya organisasi. Perilaku merekasangatlah penting dalam
menciptakan dan pada akhirnya mempertahankan realitas organisasi.
2. Penggunaan dan intepretasi
simbol sangat penting dalam budaya orgaisasi.
Realitas organisasi juga sebagiannya ditentukan oleh
simbol-simbol, dan ini merupakan asumsi kedua dari teori ini.
Perspektif ini menggaris
bawahi pengguanaan simbol di dalam organisasi. Simbol merupakan representasi
untuk makna. Angota-angota . organisasi menciptakan,
menggunakan, danmengintrepetasikan
simbol setiap hari. Simbol-simbol ini sangat penting bagi budaya
perusahaan. Simbol-simbol mencakup komunikasi verbal dan nonverbal di
dalam organisasi. Seringkali, simbol-simbol ini mengkomunikasikan
nilai-nilai organisasi. Simbol dapat berupa slogan yang memiliki makna.
Sejauh mana simbol-simbol ini efektif bergantung tidak hanya pada media
tetapi bagaimana karyawan perusahaan mempraktikannya.
3. Budaya bervariasi dalam organisasi-organisasi yang
berbeda, dan interpretasi tindakan dalam budaya ini juga beragam
Asumsi
yang ketiga mengenai teori budaya organisasi berkaitan dengan keberagaman
budaya organisasi. Sederhana, budaya organisasi sangat
bervariasi. Persepsi mengenai tindakan dan aktivitas di dalam
budaya-budaya ini juga seberagam budaya itu sendiri.
C. Dimensi Budaya Organisasi
Terdapat banyak dimensi yang membedakan budaya. Dimensi inimempengaruhi
perilaku yang dapat mengakibatkan kekeliruan pemahaman, ketidakepakatan,
atau bahkan konflik. Konsep budaya pada awalnya berasal dari lapangan
antropologi dan mendapat tempat pada awal perkembangan ilmu perilaku
organisasi. Dimensi-dimensi yang digunakan untuk membedakan budaya.
Organisasi, menurut Robbins (1996)
ada tujuh karakteristik primer yang secara bersama-sama menangkap hakikat
budaya organisasi, yaitu:
- Inovasi dan pengambilan resiko.
- Perhatian ke hal yang rinci.
- Orientasi hasil.
- Orientasi Orang.
- Orientasi Tim.
- Keagresifan.
- Kemantapan.
Luthan (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik yang penting dari budaya
organisasi, yang meliputi:
- Aturan-aturan perilaku Yaitu
bahasa, terminologi, dan ritual yang biasa dipergunakan oleh anggota
organisasi.
- Norma Adalah standar
perilaku yang menjadi petunjuk bagaimana melakukan sesuatu. Lebih
jauh di masyarakat kita kenal adanya norma agama, norma susila, norma
sosial, norma adat, dll.
- Nilai-nilai
dominan Adalah nilai utama yang diharapkan dari organisasi untuk
dikerjakan oleh para anggota, misalnya tingginya kualitas produk,
rendahnya tingkat absensi, tingginya produktivitas dan efisiensi,
serta tingginya disiplin kerja.
- Filosofi Adalah kebijakan
yang dipercaya organisasi tentang hal-hal yang disukai para karyawan
dan pelanggannya, seperti “Kepuasan Anda adalah harapan Kami”.
- Peraturan-peraturan Adalah
aturan yang tegas dari organisasi. Pegawai baru harus
mempelajari peraturan ini agar keberadaannya dapat diterima dalam
organisasi.
- Iklim Organisasi Adalah
keseluruhan “perasaan” yang meliputi hal-hal fisik, bagaimana para
anggota berinteraksi dan bagaimana para anggota organisasi mengendalikan
diri dalam berhubungan dengan pelanggan atau pihak luar organisasi.
Hofsede (dalam Gibson, 1996)
mengemukakan empat dimensi budaya, yaitu:
- Penghindaran atas
ketidakpastian
Adalah tingkat dimana anggota masyarakat merasa tidak
nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas. Perasaan ini mengarahkan
mereka untuk mempercayai kepastian yang menjanjikan dan untuk memelihara
lembaga- lembaga yang melindungi penyesuaian.
- Maskulin vs feminim
Tingkat maskulinitas adalah kecenderungan dalam
masyarakat akan prestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan
materiil. Feminitas berarti kecenderungan akan kesederhanaan, perhatian
pada yang lemah, dan kualitas hidup.
- Individu
vs kebersamaan
Individualisme
adalah kecenderungan dalam kerangka sosial dimana individu dianjurkan
untuk menjaga diri sendiri dan keluarganya. Kolektivisme berarti
kecenderungan dimana individu dapat mengharapkan kerabat, suku,
atau kelompok lainnya melindungi mereka sebagai ganti atas loyalitas
mutlak yang mereka berikan.
- Jarak
kekuasaan
Adalah
ukuran dimana anggota suatu masyarakat menerima bahwa kekuasaan dalam lembaga
atau organisasi tidak didistribusikan secara merata. Selanjutnya budaya
organisasi dapat ditemukan dalam tiga tingkatan, yaitu:
a. Artefak
Pada
tingkat ini budaya bersifat kasat mata tetapi seringkali tidak
dapat diartikan, misalnya lingkungan fisik organisasi, teknologi, dan cara
berpakaian. Analisis pada tingkat ini cukup rumit karena mudah diperoleh tetapi
sulit ditafsirkan.
b. Nilai
Nilai memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi
daripada artefak. Nilai ini sulit diamati secara langsung sehingga untuk
menyimpulkannya seringkali diperlukan wawancara dengan anggota organisasi yang
mempunyai posisi kunci atau dengan menganalisis kandungan artefak seperti
dokumen.
c. Asumsi dasar
Merupakan bagian penting dari budaya organisasi. Pada
tingkat ini budaya diterima begitu saja, tidak kasat mata dan tidak
disadari. Asumsi ini merupakan reaksi yang bermula dqari nilai-nilai yang
didukung. Bila asumsi telah diterima maka kesadaran akan menjadi tersisih.
Dengan kata lain perbedaan antara asumsidengan nilai artefak terletak pada
apakah nilai-nilai tersebut masih diperdebatkan dan diterima apa adanya
atau tidak.
Tahap-tahap pembentukan atau
pembangunan budaya organisasi dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
- Seorang (biasanya pendiri)
datang dengan ide atau gagasan tentang sebuah usaha baru.
- Pendiri membawa orang-orang
kunci yang merupakan para pemikir, dan menciptakan kelompok inti yang
mempunyai visi yang sama dengan pendiri.
- Kelompok inti memulai
serangkaian tindakan untuk menciptakanorganisasi, mengumpulkan dana,
menentukan jenis dan tempat usaha dan lain-lain yang relevan.
- Orang-orang lain dibawa ke
dalam organisasi untuk berkarya bersama-sama dengan pendiri dan kelompok
inti, memulai sebuah sejarah bersama. Penghayatan akan nilai-nilai kerja
atau hal lain yang penting.
- Ceritera-ceritera dan
faktor-faktor organisasi yang menumbuhkan semangat dan kebanggan.
- Pengakuan dan promosi bagi
karyawan yang berprestasi.
D. MANFAAT DAN PERANAN BUDAYA PERUSAHAAN
1. Manfaat
Budaya Perusahaan
AB. Susanto (2002), mengemukakan
manfaat yang diperoleh apabila budaya perusahaan itu dipahami dan dapat dilihat
dari dua sisi, yaitu:
a. Bagi
Sumber Daya Manusia :
· Memberikan
arah atau pedoman berperilaku di dalam perusahaan. Dalam hal ini sumber daya
manusia tidak dapat semena-mena bertindak atau berperilaku sekehendak hati,
melainkan harus menyesuaikan diri dengan siapa dan dimana dia berada.
· Mempunyai
kesamaan langkah dan visi di dalam melakukan tugas dan tanggungjawab, masing-masing
individu dapat meningkatkan fungsinya dan mengembangkan tingkat interpedensi
antar individu atau bagian yang saling melengkapi dalam kegiatan usaha
perusahaan.
· Mendorong
sumber daya manusia mencapai prestasi kerja atau produktivitas yang baik. Hal
ini dapat dicapai apabila proses sosialisasi dapat dilakukan dengan tepat
sasaran.
· Memiliki
atau mengetahui secara pasti tentang karirnya di perusahaan sehingga mendorong
mereka untuk konsisten dan tanggung jawab.
b. Bagi
Perusahaan :
· Sebagai
pedoman di dalam menentukan kebijakan yang berkenaan dengan ruang lingkup
kegiatan intern perusahaan seperti tata tertib, administrasi, hubungan antar
bagian, penghargaan prestasi sumber daya manusia, penilaian kinerja, dan
lain-lain.
· Sebagai
acuan dalam menyusun perencanaan perusahaan (corporate planning) yang meliputi
pembentukan marketing plan, penentuan segmen pasar yang akan dikuasai,
penentuan penempatan perusahaan yang akan dikuasai.
· Dapat
membuat program-program pengembangan usaha dan pengembangan sumber daya manusia
dengan dukungan penuh dari seluruh jajaran sumber daya manusia yang ada.
2. Peranan
Budaya Perusahaan
Dalam
hidupnya, manusia dipengaruhi oleh budaya dimana dia berada, seperti nilai-nilai,
keyakinan dan perilaku sosial/masyarakat yang kemudian menghasilkan budaya
sosial atau budaya masyarakat. Hal yang sama juga akan terjadi bagi para
anggota organisasi. Hal yang sama juga akan terjadi bagi para anggota
organisasi dengan segala nilai, keyakinan,dan perilakunya dalam organisasi yang
kemudian menciptakan budaya organisasi.
Wheelen
dan Hunger (1986) secara spesifik mengemukakan sejumlah perananan penting
yang dimainkan oleh budaya organisasi, yaitu :
a. Membantu
menciptakan rasa memilki jati diri bagi pekerja
b. Dapat
dipakai untuk mengembangkan keikatan pribadi dengan organisasi
c. Membantu
stabilisasi organisasi sebagai suatu sistem sosial
d. Menyajikan
pedoman perilaku, sebagai hasil dari norma-norma perilaku yang sudah terbetuk.
E. Cara Karyawan Mempelajari Budaya Perusahaan
Proses transformasi budaya oleh
karyawan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
- Cerita
Cerita mengenai bagaimana kerasnya
perjuangan pendiri organisasi di dalam memulai usaha sehingga kemudian
menjadi maju seperti sekarang merupakan hal yang baik untuk
disebarluaskan. Bagaimana sejarah pasang-surut perusahaan dan bagaimana
perusahaan mengatasi kemelut dalam situasi tak menentu merupakan kisah
yang dapat menodorong dan memotivasi karyawan untuk bekerja keras jika mereka
mau memahaminya.
2. Ritual / Upacara-upacara
Semua masyarakat memiliki corak ritual
sendiri-sendiri. Di dalam perusahaan, tidak jarang ditemui acara-acara
ritual yang sudah mengakar dan menjadi bagian hidup perusahaan. Sehingga
tetap dipelihara keberadaannya, contohnya adalah selamatan mulai musim
giling di pabrik gula.
3. Simbol-simbol material
Simbol-simbol atau lambang-lambang material seperti
pakaian seragam, ruang kantor dan lain-lain, atribut fisik yang dapat
diamati merupakan unsur penting budaya organisasi yang harus diperhatikan
sebab dengan simbol-simbol itulah dapat dengan cepat diidentifikasi
bagaimana nilai, keyakinan, norma, danberbagai hal lain itu menjadi milik
bersama dan dipatuhi anggota organisasi.
4.
Bahasa
Bahasa merupakan salah satu media terpenting di
dalammentransformasikan nilai. Dalam suatu organisasi atau perusahaan, tiap
bidang, divisi, strata atau semacamnya memiliki bahasa atau jargon yang
khas, yang kadang-kadang hanya dipahami oleh kalangan itu sendiri. Hal ini
penting karena untuk dapat diterima di suatu lingkungan dan menjadi bagian
dari lingkungan, salah satu syaratnya adalah memahami bahasa yang berlaku
di lingkungan itu. Dengan demikian menjadi jelas bahwa bahasa merupakan unsur
penting dalam budaya perusahaan.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian di atas, pada bab ini dapat dikemukakan beberapa
pokok kesimpulan sebagai berikut:
1. Budaya perusahaan tidak muncul dengan
sendirinya di kalangan anggota organisasi, tetapi perlu dibentuk dan
dipelajari karena pada dasarnya budaya perusahaan adalah sekumpulan nilai
dan pola perilaku yang dipelajari, dimiliki bersama, oleh semua anggota
organisasi dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
2. Budaya perusahaan sangat penting peranannya
dalam mendukungterciptanya suatu organisasi atau perusahaan yang efektif.
Secara lebih spesifik, budaya perusahaan dapat berperan dalam menciptakan
jati diri, mengembangkan keikutsertaan pribadi dengan perusahaan dan
menyajikan pedoman perilaku kerja bagi karyawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar